Kisah Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni M.P. Mewujudkan Buku “Sawit Indonesia dalam Konstruksi Peradaban Dunia”

Gambar :

Semasa baru selesai sekolah, Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni M.P., memiliki banyak pemikiran soal sawit. Hal tersebut bertambah saat menjadi kepala dinas pertanian di Damasraya, sentra sawit dan karet di Sumatera Barat, Deputi Bidang Pengkajian Strategik, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) tersebut menemukan kondisi sebenarnya dari perkebunan sawit sangat berbeda dengan apa yang selama ini diyakini.

Menurut akademisi penyandang gelar Profesor sejak berusia 42 tahun tersebut, pada 2011, pemerintah menganggap sawit sudah tidak ada masalah. Kalaupun ada, sudah diselesaikan perusahaan. Jadi tidak perlu banyak bantuan.

Padahal, kenyataan di lapangan, 50 persen perkebunan sawit milik petani. Bantuan pemerintah juga tidak sebanyak yang dipikirkan.

Selama 2,5 tahun menjadi Kepala Dinas Kabupaten Damasraya, Sumatera Barat, banyak hal yang terabaikan oleh pemerintah. Karena menganggap bahwa masyarakat itu sudah dibantu oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di daerah. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Kenyataannya, para petani kerap dipermainkan perusahaan-perusahaan besar. Lebih miris lagi terjadi manakala Prof. Reni menjadi dosen, mengajar di Fakultas Pertanian, mengajar budidaya perkebunan, salah satunya sawit.

“Pertanyaan saya ke mahasiswa di hari pertama adalah, apa pandangan kalian terhadap sawit? Hampir lebih dari 60 persen mengatakan sawit itu tidak bagus, sawit itu apalah. Semua hal yang beredar di media sosial,” kenang Prof. Reni kepada Tim Divisi Komunikasi PT Agrinas Palma Nusantara, Senin (19/5).

Sudut pandang para mahasiswa tersebut baru berubah setelah perkuliahan berjalan beberapa saat. Banyak permasalahan terjadi di perusahaan-perusahaan perkebunan lain, tidak semata di perusahaan sawit. Bahkan di perkebunan lain, kondisinya jauh lebih parah.

Keprihatinan-keprihatinan itulah, yang mendorong perempuan kelahiran Nagari Kamang Hilir, Agam, Sumatera Barat tersebut untuk menulis buku, “Sawit Indonesia dalam Konstruksi Peradaban Dunia”.

Pada akhirnya Prof. Reni berpikir, kita harus bangga dengan sawit Indonesia. Bagaimana caranya membuat anak-anak muda bangga dengan sawit. “Karena dalam sejarah perjalanan bangsa ini, adanya Indonesia karena memperebutkan sumber daya alam kita. Pertanian, khususnya perkebunan, mulai dari pala, tebu, cengkeh, kopi, kopra semuanya.”

Doktor dari Universitas Padjadjaran itu pun tampak berapi-api. Antara kesedihan, marah sekaligus prihatin. “Jangan sampai sawit kita, yang terbesar di dunia hancur, gara-gara mafia yang ingin menjatuhkan Indonesia di mata dunia.”

Dalam bukunya, Prof. Reni menulis banyak negara cemburu pada Indonesia karena memiliki tanaman, yang menghasilkan minyak nabati sangat banyak. Jauh lebih besar dibandingkan bunga matahari, juga rapeseed.

Plt Sestama Lemhanas pada 2021 ini juga mengharapkan agar semua diplomat-diplomat Indonesia mendapat pembekalan tentang sawit. Terutama mereka yang akan ditempatkan di negara-negara pengimpor sawit. Prof. Reni ingin agar para diplomat serius dalam memahami isu sawit.

Buku “Sawit Indonesia dalam Konstruksi Peradaban Dunia,” mengajak pembaca memahami peran vital kelapa sawit dalam ekonomi dan keberlanjutan global. Tanpa sawit Indonesia, pasokan minyak sawit dunia akan terganggu, memicu kenaikan harga minyak nabati lain dan inflasi global, yang berdampak pada industri makanan, kosmetik, dan biofuel.

Gambar : Buku Sawit Indonesia Dalam Konstruksi Peradaban Indonesia

Ditulis bersama Telisa Aulia Falianty dan Berlian Helmy, buku tersebut menjelaskan dalam kaitan dengan ketahanan nasional, sawit berperan sebagai sumber energi terbarukan melalui biodiesel dan bioenergi, mendukung diversifikasi energi nasional, dan menawarkan peluang investasi dalam riset dan teknologi terkait.

Berharap kisah ini berlanjut untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman Prof. Reni sebagai pembelajaran untuk perkebunan kelapa sawit ke depan.

Penulis: Natalia Santi
Editor: RZ/MRR

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these